Back to Top
puisi

Puisi Runtuh Tanpa Suara dan Menyapa Sunyi

November 01, 2025
0 Komentar
Beranda
puisi
Puisi Runtuh Tanpa Suara dan Menyapa Sunyi

Runtuh Tanpa Suara Tidak ada yang tahu… betapa berat batu yang kupikul karena aku selalu tersenyum. Tidak ada yang melihat… dinding-dinding di dalam dadaku retak sedikit demi sedikit, karena aku selalu berkata “aku baik-baik saja.” Aku patah hati, tapi hatiku tidak kuizinkan menangis di depan orang. Aku kecewa, tapi bibirku belajar mengubah rasa getir jadi tawa tipis. Malam adalah satu-satunya saksi, ketika semua kata yang kutelan mengendap di tenggorokan seperti duri yang tak bisa ditarik. Aku berjalan setiap hari dengan dada yang penuh serpihan, dan tidak ada yang pernah bertanya berapa banyak luka yang harus kusembunyikan hanya agar dunia mengira aku kuat. Kadang aku ingin roboh, membiarkan semuanya jatuh, tapi… di dunia yang keras ini, tidak ada tempat untuk runtuh dengan suara keras. Maka aku runtuh pelan-pelan… diam-diam… sendirian. Menyapa Sunyi Aku duduk di antara jam-jam yang lengang, saat suara dunia perlahan mengendap dan hanya detak hati yang masih berani bicara. Sunyi data...
Baca selengkapnya

Tidak ada komentar